Kisah Perjuangan dan Kontribusi Penting Sri Sultan HB IX untuk Negeri



TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Seorang pemimpin semestinya memiliki sifat keteladanan yang dapat dicontohkan kepada masyarakatnya. Seperti halnya seorang raja yang harus dapat menjadi suri tauladan bagi seluruh rakyatnya.

Sifat-sifat keteladanan itulah yang dimiliki Sri Sultan HB IX dalam menjalankan pemerintahannya.

Kisah kehebatan Sri Sultan HB IX yang begitu santer terdengar dan dibicarakan mulut ke mulut, tertulis di buku-buku sejarah, namun banyak sekali yang masih belum terungkap di muka publik mengenai siapa sosok sebenarnya sang Sultan ini.

Bukan karena tak tercatat oleh para ahli sejarah, namun karena Sultan adalah sosok yang rendah hati dan tak mau menyebutkan apa saja kebaikan yang dilakukannya. Seperti yang terjadi ketika era kemerdekaan, peran Sultan HB IX begitu besarnya, namun ia tak pernah menggembor-gemborkan apa saja yang diperjuangkannya demi berdirinya republik ini.

Doktor dan Sejahrawan Universitas Indonesia, Rushdy Hoesein, menuturkan, Sri Sultan HB IX begitu banyak berperan dalam banyak bidang, seperti menjadi menteri bidang ekonomi, tokoh politik, bahkan berperan di bidang pertanahan keamanan pada masa pra maupun pascakemerdekaan.

Ia menceritakan, tak berhenti sampai di situ, Sultan HB IX bahkan berperan besar dalam terbentuknya organisasi kepanduan tanah air, yaitu Pramuka, sebagai salah satu pemrakarsa. Di bidang sosial, Sultan HB IX aktif melaksanakan kegiatan sosial dengan mendirikan IRSI, ikatan relawan sosial Indonesia.


“Di sini banyak sekali peran Ngarso Dalem, besar sekali kontribusinya untuk Negara. Dari dulu zaman perjuangan, sampai negeri ini merdeka sampai sekarang,” ujar Rushdi, dalam diskusi publik Edsus Tempo Sri Sultan HB IX, di Sheraton Mustika Hotel, Yogya, Selasa (18/8/2015).

Rushdi menambahkan bukan hanya tenaga dan pikiran yang disumbangkannya, harta benda pun rela dikorbankan demi berjalannya pemerintahan kala itu. Ia bercerita, Sultan HB IX sempat menyumbangkan uangnya sebesar enam juta gulden, yang jumlahnya hamper enam milyar dalam rupiah, kepada pemerintah.

Ia bercerita, kala itu Sri Sultan melakukan kunjungan ke Bangka bersama rombongan, Jusuf Ronodipuro pada tahun 1949 . Sultan hendak berkunjung ke pulau Bangka untuk bertemu Sukarno dan tokoh republic yang ditawan belanda.

Dalam sela sarapan pagi, mereka berbincang mengenai keadaan susai agresi militer kedua dari Hindia Belanda, terjadi kekosongan kas. Sukarno dan Hatta kala itu mengeluh tak mempunyai dana untuk memindahkan republic ke Yogyakarta.

Mendengar hal tersebut, Sultan HB IX dengan berbesar hati menyodorkan cek sebesar 6 juta gulden kepada Sukarno. Sukarno yang merasa begitu terharu langsung merangkul Sultan.

“Waktu itu Jusuf Ronodipuro sendiri yang meyaksikan peristiwa tersebut, Sultan menyerahkan cek itu di Bangka,” ujar Rushdy.

Ketika Jusuf akan mencantumkan peristiwa tersebut dalam biografinya yang berjudul ‘Tahta untuk rakyat’, ternyata Sultan HB IX tak berkenan peristiwa tersebut ditulis. Alasan yang dikatakannya sangat menggugah nurani,


”Kata Sultan, tak usahlah. Pengorbanan rakyat lebih besar artinya daripada uang, berapa pun besar bantuan uang. Itu benar-benar mencerminkan sosok seorang negarawan,” Ujar Rushdy.

Menurut Rushdy, pada akhirnya, peristiwa tersebut tak pernah disebutkan dalam buku biografi Sultan HB IX, Tahta Untuk Rakyat, dan seakan-akan tak pernah terjadi. Padahal tak hanya sekali saja, Sultan menyumbang untuk republik, beberapa kali dituliskan Sultan membantu dana untuk pasukan gerilyawan kala itu.

“Banyak sekali beliau berkontribusi, tak terhitung berapa kali. Sempat tercatat, dana sebesar 9 juta diberikan untuk dana pasukan gerilyawan pimpinan Letkol Suharto kala itu,” tandasnya.

0 comments:

Post a Comment